Pulau Samosir, Unik dan Disukai Turis

Selasa, 17 Desember 2013

Pulau Samosir di Sumatera Utara adalah pulau yang sangat unik karena merupakan pulau vulkanik yang berada di tengah Danau Toba. Ketinggiannya 1.000 meter di atas permukaan laut. Inilah yang membuat pulau ini menjadi perhatian turis domestik maupun asing.


Menuju Pulau Samosir bisa dilakukan pagi hari dengan membeli tiket feri seharga Rp 10.000 per orang. Dan, sambil menunggu keberangkatan kapal, kita bisa hunting foto di sekitar danau, mengabadikan keindahan dan luasnya Danau Toba.

Selain sebagai tempat wisata, ternyata danau ini menjadi tumpuan hidup masyarakat sekitarnya. Mereka menggunakan air Danau Toba sebagai mata air utama dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua tipe feri yang melayani rute ke Pulau Samosir, yaitu feri yang mengangkut penumpang saja dan feri yang mengangkut kendaraan roda empat.


Jika menggunakan mobil, Anda akan menumpang feri jenis kedua (yang mengangkut kendaraan beroda empat). Selama menyeberang, kita akan disuguhi pemandangan alam danau yang indah, langit biru, dan udara yang sejuk. Cuaca Danau Toba bahkan bisa menghipnotis pengunjung sehingga betah berlama-lama di sini.

Mobil adalah alat transportasi yang sangat penting bagi keluarga yang ingin berkeliling pulau. Di Samosir memang tidak ada angkutan umum. Anda harus menyewa kendaraan berupa sepeda atau sepeda motor jika ingin berjalan-jalan. Ongkos sewa motor antara Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari.

Di pulau ini juga terdapat beberapa penginapan losmen yang sebagian tidak memiliki nomor telepon. Untuk menginap, kita bisa langsung memesan penginapan secara go show. Jika penginapan sudah penuh, kita bisa meminta tolong penduduk sekitar atau pemilik hotel untuk mencarikan rumah penduduk yang bisa disewakan sebagai tempat menginap. Tarif losmen sekitar Rp 100.000 – Rp 150.000. Wisatawan memang jarang menginap di Samosir.

Namun, jika bepergian secara backpacker, sesampainya di Pulau Samosir kita bisa menyewa ojek atau bermalam di sana.


Uniknya, pulau ini memiliki obyek wisata danau. Terdapat dua danau di pulau yang berada di tengah Danau Toba, yaitu Danau Sidihoni dan Aek Natonang. Selain itu, pulau ini juga menawarkan banyak keunikan budaya dan sejarah lainnya. Misalnya saja Pusuk Buhit yang dipercaya sebagai tempat asal suku Batak.

Menariknya, di sini terdapat panggung batu. Untuk mendapatkan penjelasan tentang panggung batu, kita bisa menyewa penduduk sekitar sebagai pemandu. Setelah puas mendengarkan kisah tersebut, kita pun bisa berbelanja suvenir, berupa ukiran kayu dan kain tradisional di kios-kios cenderamata.

Obyek wisata lain yang tidak kalah menarik adalah pemandian air panas dan Museum Adat Budaya Batak. Museum ini cukup unik karena berada di ruang terbuka dan di sana ada banyak batu peninggalan raja yang konon asal mula orang Batak. Penjaga museum pun fasih menjelaskan sejarah masa lalu.

Di Pulau Samosir yang konon dikenal sebagai tempat asal mula orang Batak ini menyimpan banyak peninggalan Budaya masa lampau.

Kampung Siallagan

Kampung ini terletak di Desa Ambarita Pulau Samosir. Perkampungan yang mirip benteng ini lokasinya berdekatan dengan Danau Toba dan cukup banyak dikunjungi wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.


Anda akan terkagum-kagum mengamati bagaimana perkampungan ini dikelilingi batu-batu besar disusun bertingkat secara rapi. Dulunya tembok tersebut dilengkapi bambu dan benteng ini berfungsi untuk menjaga perkampungan dari gangguan binatang buas maupun serangan suku lain.

Perkampungan ini dibangun pada masa Raja Laga Siallagan. Kemudian diwariskan kepada keturunan berikutnya sampai dengan sekarang. Yang unik di sini terdapat Batu Persidangan. Dinamakan Batu Parsidangan karena memang fungsinya untuk mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat (kasus pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dan lainnya) atau juga untuk musuh politik dari sang raja.


Dari kisah inilah kemudian sempat menjadi sebuah stereotipe bahwa masyarakat Batak melakukan praktek kanibalisme. Ritual ini perlahan hilang setelah agama Kristen tersebar di wilayah Samosir oleh seorang pendeta asal Jerman bernama Dr. Ingwer Ludwig Nommensen pada pertengahan abad ke-19.

Raja Siallagan yang sebelumnya masih menganut agama asli Batak (Parmalim) kemudian memeluk Kristen dan tidak melanjutkan ritual kanibalisme itu lagi. Sekarang Huta Siallagan hanya berfungsi sebagai desa wisata saja untuk mengenang sejarah dan budaya salah satu suku di Tanah Batak.

Pemandu wisata ke tempat ini pastinya akan menceritakan hal ini lebih terinci dan dimaksudkan sebagai pelajaran dari bentuk tradisi di zaman dahulu dan tidak ada maksud lainnya.

Desa Suhi Suhi

Desa Suhi Suhi berada dekat dengan pelabuhan Tomok dan kota Kabupaten Samosir, yaitu Pangururan. Untuk mencapai desa ini, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit dari Desa Tomok atau 20 menit dari Pangururan melalui jalan darat.


Tidak ada tiket masuk yang dikenakan bagi pengunjung yang ingin berwisata ke desa ini. Namun saat ini para perajin kain ulos tradisional semakin langka. Tetapi di Desa Suhi Suhi ini hampir sebagian besar perajin baik tua dan muda sedang menenun Ulos.

Di Desa ini kita bisa melihat proses penenunan kain Ulos yang terbilang rumit, dan membutuhkan banyak waktu, kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Tidak heran kalau harga yang ditawarkan bisa mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 5.000.000. Buat pencinta kain tradisional sangat disarankan untuk datang ke desa ini. Di sini wisatawan bisa membeli Ulos sekaligus belajar cara menenun. (BARRY KUSUMA)



SUMBER: KOMPAS

Pantai Klayar, Taman Bumi nan Eksotik



KABUPATEN Pacitan, Jawa Timur, tak hanya tersohor dengan goanya yang menawan. Daerah di ujung barat provinsi ini juga kaya akan pantai yang cantik dan eksotik seperti Pantai Klayar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu hanyalah sedikit orang yang pernah berkunjung ke sana.

Jarum jam menunjuk hampir pukul 16.00, tetapi terik matahari masih panas menyengat kulit. Beruntung, langit berwarna biru, berpadu dengan Samudra Indonesia yang membiru di selatan Jawa Timur, sehingga sejauh mata memandang terlihat sejuk.

Hamparan pasir putih bersih seperti karpet yang digelar di tepi pantai tampak menggoda. Sulit rasanya menahan hasrat untuk tidak menjejakkan kaki. Berlari mengejar ombak sejernih kristal putih yang tak lelah menggapai pantai meski kerap terbentur batu karang.

Pantai Klayar terletak 45 kilometer ke arah barat dari Kabupaten Pacitan, tepatnya di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo. Pantai ini bisa ditempuh dari Solo dan Yogyakarta. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar dua jam.

Tidak ada kendaraan umum. Perjalanan mengandalkan kendaraan pribadi. Jalan beraspal, tapi banyak lubang di sana sini. Pengemudi tak boleh lalai. Jalan menuju Pantai Klayar relatif sempit, berkelok, melewati tanjakan dan turunan tajam. Kerap pandangan mata pengemudi tak bebas karena tanjakan yang dilalui hampir mencapai sudut 90 derajat.

Namun, perjalanan yang menantang itu justru dapat memacu adrenalin dan menjadi sensasi tersendiri bagi mereka yang suka petualangan. Sepanjang jalan tersaji pemandangan alam perbukitan cantik dan hijau. Suasana kehidupan pedesaan yang tradisional bersanding mesra dengan alam yang perawan sehingga bisa menyegarkan mata dan pikiran.

Penjaga Pantai Klayar, Wakimin, mengatakan, pantai ini tak pernah sepi. Selalu ada turis yang datang menikmati pantai yang menawarkan beragam pesona unik dan eksotik ini. ”Memang kalau hari biasa pengunjung tidak seramai akhir pekan atau hari libur. Namun, tidak juga sepi, selalu ada orang datang ke pantai entah berdua atau berombongan,” ujarnya.

Gugusan Batu Karang

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Pacitan Eny Setyowati mengatakan, pengunjung Pantai Klayar sekitar 600.000 orang per tahun. Itu meliputi 100.000 turis asing dan 500.000 wisatawan Nusantara. ”Pantai ini merupakan salah satu obyek wisata andalan di Pacitan bersama dengan Goa Gong. Kedua tempat wisata itu satu paket yang dikunjungi wisatawan,” katanya.

Pantai Klayar juga memiliki gugusan batu karang. Ini seperti taman bumi. Pengunjung yang baru pertama datang ke Klayar silakan naik ke gugusan batu karang. Ibarat gardu pandang, dari tempat itu terlihat pemandangan keseluruhan Pantai Klayar yang menawan.

Di sebelah timur terdapat sebuah laguna yang diapit gugusan batu karang. Salah satu batu karang itu berbentuk seperti patung piramida di Mesir, Sphinx. Lokasi ini kerap menjadi obyek foto pengunjung. Di area itu juga ada lubang-lubang kecil yang kerap dipenuhi air laut yang terbawa gelombang. Lubang itu mirip rumah kepiting atau hewan laut lain.

Sedikit bergeser ke kanan terlihat karang dengan lubang mirip goa atau terowongan. Karang ini terkenal dengan sebutan karang bolong, yang artinya karang berlubang. Tak jauh dari situ ada karang air mancur. Di sana selalu ada suara mirip terompet atau seruling.

Karang air mancur ini kerap disebut dengan seruling laut. Pada saat ombak besar menyapu karang, air laut akan masuk ke sela-sela batu atau celah. Air itu sekejap tampak menyusup ke bawah batu dan tenggelam. Namun, pada saat tak terduga, air akan menyembur keluar dari celah karang.

Semburannya cukup tinggi seperti air mancur. Bahkan, ketinggiannya konon mencapai 10 meter dari permukaan batu. Di saat bersamaan, keluar suara atau bunyi mirip seruling atau terompet yang mengejutkan pengunjung.

Namun, di balik pesona yang menawan, Klayar menyimpan berbagai kekurangan. Selain buruknya jalan, juga minimnya fasilitas umum dan belum ada penginapan. ”Kami akan bangun itu (fasilitas) dengan tetap menjaga lingkungan sebab Klayar adalah taman bumi yang disiapkan jadi warisan dunia,” ujar Mari Elka Pangestu.

SUMBER: KOMPAS

Ayam Taliwang yang Mengawang-awang




Berkunjung ke Lombok, tidak pas rasanya jika tidak mencicipi Ayam Taliwang. Makanan khas lokal yang satu ini menjadi wisata kuliner yang paling dicari di kota Lombok. Berbagai restoran di Lombok pun berlomba-lomba menyajikan makanan ini sebagai menu utamanya. Kompas.com pun mencicipi salah satu restoran yang menyajikan menu ayam taliwang ini.

Dari sekian banyak restoran, Rumah Makan dan Lesehan Taliwang Raya H.M. Bahran Moerad terpilih berdasarkan rekomendasi Fakhrurozi sang pemandu wisata. "Ini (restoran ayam taliwang) yang paling ramai dan yang paling enak di sini," ujar Oji saat kami akhirnya tiba di restoran itu, Jumat (13/12/2013).

Setelah beberapa menit, ayam taliwang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dari rupanya saja, ayam ini sungguh menggoda selera. Warnanya hitam kecokelatan karena jenis yang kita pesan adalah ayam bakar madu. Selain itu, ada juga jenis-jenis lainnya seperti ayam pelecingan, ayam pedas manis, ayam sambal lima, ayam bakar kecap, ayam goreng biasa dan ayam goreng asam.

Kesan pertama saat mencicipi ayam ini, adalah rasa manis dan gurih yang menjejali lidah. Rasa manis, kemungkinan datang dari madu yang dibaluri ke ayam sebelum proses pemanggangan. Sementara, rasa gurih datang dari kulit ayam yang sukses dipanggang dengan pas, tidak terlalu matang hingga hangus, namun juga tidak terlalu mentah.

Rasa manis dan gurih itu pun kemudian dipadu dengan sambal serupa sambal kacang yang cukup pedas. Hasilnya, rasa manis, gurih dan pedas menyatu menjadi satu, sehingga menimbulkan kelezatan tersendiri. Rasa ayam taliwang itu pun seakan mengawang-awang di lidah dan kepala.

Selain itu, ayam taliwang ini juga terasa sangat lembut saat dikunyah. Hal tersebut, menurut Fakhrurozi wajar, karena ayam yang digunakan adalah ayam yang berumur muda. "Jadi ayam taliwang ini sebenarnya membunuh generasi ayam-ayanm yang ada di sini," canda Oji.

Sahabat ayam taliwang

Bicara soal ayam taliwang, tak tepat rasanya jika tidak juga membicarakan sahabat terbaiknya, pelecing kangkung. Pelecing juga termasuk salah satu masakan khas lombok yang banyak dicari-cari pecinta kuliner. Makanan ini adalah kangkung yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti tauge, kacang tanah, kelapa parut, dan sambal. Semua bahan tersebut diaduk menjadi satu hingga menciptakan kangkung yang rasanya jelas jauh berbeda dari masakan kangkung pada umumnya.



Tapi bukan campuran bahan itu saja rahasianya. Menurut Oji, tanaman kangkung yang digunakan juga berbeda dari tanaman kangkung pada umumnya. Kangkung jenis ini hanya bisa ditanam dan didapatkan di Lombok. Kangkung ini memiliki rasa yang lebih segar dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Saat mencicipinya, Kompas.com menyetujui ucapan Oji. Kangkung ini terasa sangat segar saat dikunyah di mulut. Karena bentuknya yang lebih besar dan tebal, kangkung ini memiliki kandungan air yang lebih banyak sehingga sensasi segar sangat terasa. Paduannya dengan sambal yang cukup pedas pun menambah sensasi segar itu.

Es Kelapa Madu

Setelah puas menyantap ayam taliwang bakar madu, hidangan penutup pun kembali disajikan dengan madu. Lagi-lagi, hidangan ini juga merupakan suatu hidangan khas yang hanya bisa ditemukan di Lombok. Jika di daerah lain, es kelapa muda biasanya ditambahkan pemanis berupa gula merah, gula putih, atau susu putih, Lombok mempunyai cara yang berbeda. Mereka mempermanis es kelapa muda dengan madu. Dan jadilah, es kelapa muda madu. Hasilnya, madu pun dengan sukses berbaur dengan es kelapa muda.



Rasa original es kelapa muda yang memang kurang manis, sukses dipermanis dengan madu. Namun rasa manis yang dihasilkan madu juga tidak menghilangkan kesegaran yang dimiliki oleh es kelapa muda. Nah, untuk menu yang terakhir ini, Anda bisa mencoba membuatnya sendiri di rumah. Pasalnya, baik kelapa dan madu yang digunakan bukanlah kelapa dan madu khusus. Harga yang cukup terjangkau seakan menyempurnakan kelezatan ketiga makanan ini.

Ayam taliwang bisa didapat dengan harga Rp 38.000. Sementara, pelecing kangkung dihargai Rp 10.000. Jika ingin menikmatinya dengan nasi, cukup menambah Rp 8.000. Untuk es kelapa madu sebagai hidangan penutupnya, bisa didapatkan dengan harga Rp 18.000.

SUMBER: KOMPAS

Nasi Jamblang, Empal Gentong, hingga Kerupuk Udang

APA yang dicari ketika kaki sudah berpijak di Cirebon? Selain mencari batik, di kota yang terletak di pantai utara Jawa Barat ini, Anda bisa mencicipi beragam hidangan.


”Kota Udang” ini boleh disebut surga makanan. Mulai dari makanan berat hingga ringan (penganan) dengan mudah ditemukan di kedai hingga restoran. Sebut saja nasi jamblang. Begitu menyebut nasi jamblang, sebagian besar asosiasi kita tertuju pada nasi yang terbungkus daun jati dengan lauk yang beragam. Istilah ”jamblang” sendiri berasal dari nama daerah di sebelah barat Kota Cirebon, tempat asal pedagang makanan tersebut. Awalnya, nasi itu merupakan makanan untuk pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun Jalan Daendels dari Anyer ke Panarukan (melewati Cirebon).

Selain memberi bau khas daun jati, nasi dibungkus dengan daun jati juga agar tahan lama dan tetap terasa pulen. Pori-pori pada daun diyakini membuat nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan lebih dari sehari.

Ada juga nasi lengko. Nasi ini terdiri atas nasi putih yang diberi potongan tempe dan tahu goreng. Sebagai pelengkap, makanan ini diberi kecambah matang, potongan mentimun, dan irisan kucai. Makanan ini tidak lengkap tanpa kehadiran bawang goreng. Jangan lupa meneteskan kecap di atasnya.

Empal gentong

Tidak hanya nasi jamblang dan lengko. Empal gentong juga sangat dicari orang ketika berada di Cirebon.

Masakan ini berkuah dan serupa dengan gulai. Masakan ini berupa potongan daging sapi yang berendam dalam kuah santan. Penampilan semakin menarik jika dicampur dengan bumbu kuning. Sebagai pelengkap, makanan diberi kuah santan berwarna kuning serta ditaburi kucai dan bawang goreng. Semakin lengkap jika diberi bubuk cabai merah.

Menikmati empal gentong ini sebaiknya ditemani beberapa potong lontong. Hmm... slruup...!


Hidangan empal gentong di sebuah warung makan milik di Jalan Raya Indramayu - Cirebon, Eretan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Empal gentong adalah kuliner berupa daging sapi dengan kuah yang merupakan makanan khas setempat yang bisa didapat di sepanjang jalur pantai utara dari Indramayu menuju Cirebon.

Dinamakan empal gentong karena dimasak di atas kayu bakar dengan menggunakan gentong. Gentong tersebut terbuat dari gerabah.

Belum puas dengan makanan ”berat” cobalah makanan yang lebih ringan. Salah satu pilihan adalah tahu gejrot. Penganan satu ini pasti sudah tidak asing lagi karena sekarang banyak dijumpai di hampir seluruh kota di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Tahu gejrot terbuat dari tahu matang (yang digoreng) dan dipotong-potong dengan ukuran kecil. Selanjutnya, ditambah bawang merah dan cabai rawit yang dihaluskan agak kasar.

Tahu yang sudah dicampur bumbu tadi disiram kuah. Kuah ini terbuat dari rebusan gula merah dan cuka. Untuk lebih menambah eksotik masakan ini, saat penyajiannya, tahu gejrot diletakkan di atas piring kecil dari gerabah. Rasa manis, asin, dan asam membuat mata akan melek setelah menyantapnya.

Nikmati juga kelezatan docang. Dalam sejarah kuliner Cirebon, docang merupakan makanan para wali. Meskipun menggunakan bahan makanan yang murah, karena sudah diramu dengan bumbu, docang terasa sangat nikmat.

Docang merupakan sejenis lontong sayur yang terdiri atas beberapa potong lontong. Sebagai pelengkap, lontong diberi kecambah matang, daun singkong matang, dan parutan kelapa. Selanjutnya, bagian atas masakan ini disiram sayur lodeh. Makanan ini akan semakin lengkap jika diberi kerupuk. Docang sangat tepat dimakan untuk sarapan. Mumpung berada di kota pesisir yang lekat dengan udang, jangan lupa bawa pulang oleh-oleh kerupuk udang dan terasi.

SUMBER: KOMPAS

Togean, Keindahan Alam yang Memukau

Sederetan pulau indah mengapung di lautan terlindungi sebuah teluk bernama Tomini. Kawasannya adalah sebuah zona transisi Garis Imajiner Wallace dan Weber yang menyuguhkan keajaiban alam yang jangan sampai dilewatkan. Bersiaplah mereguk lebih banyak kemegahan Celebes dan melihat langsung tempat berdiamnya salah satu suku penghuni lautan, yaitu Bajoe.

Kepulauan Togean, sebuah taman nasional dengan 2 area ekosistem berupa lautan seluas 292.000 hektar dan daratannya 70.000 hektar. Lokasinya yang terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan justru menjadi daya tarik yang memikat penikmat keindahan lanskap alam dan keragaman biota lautnya.

Kepulauan ini merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang melintang di tengah Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Ada sekitar 60-an pulau di sini. Beberapa yang tersohor adalah Pulau Malenge, Pulau Una Una, Batudaka, Talatakoh, Waleakodi, dan Pulau Waleabahi adalah pulau-pulau besarnya.


Di Kepulauan Togean dapat Anda lihat hutan mangrove dan hamparan padang lamun patai atau ‘nambo’ (seagrass bed) yaitu berupa rumput pantai yang luas dan menjadi sumber makanan mamalia laut dugong. Beberapa spesies penyu langka juga ada di sini seperti penyu hijau(Chelonia mygas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbriocata) yang menjadikan pantai yang indah di sini sebagai tempat mencari makan dan berkembang biak.

Di Togean ada sekitar 33 jenis mangrove yang terdiri dari 19 jenis mangrove sejati (true mangrove) dan 14 jenis mangrove ikutan (associate mangrove). Ke-33 jenis mangrove tersebut dikelompokkan dalam 26 genus dan 21 familia. Ini jelas di dalamnya ada beragam fauna yang menghuni dengan keunikannya masing-masing.

Di bawah lautnya yang menakjubkan Anda bisa bertemu paus pilot, kima raksasa (Tridacna gigas), dan lola (Trochus niloticus), ikan pari manta, hiu karang abu-abu, dan ikan trevally mata besar, dan tentunya warna-warni karang.

Ragam terumbu karangnya ada 4 tipe yaitu: karang penghalang (barrier reef), karang tompok(patch reef), karang tepi (fringing reef), dan karang cincin (atoll). Ada pula 35 spesies ikan kupu-kupu (Chaetodontidae) yang hidup di sekitarnya sekaligus menjadi indikator bahwa terumbu karangnya begitu sehat dan masih alami.

Bagaimana, belum cukup? Di daerah laut yang lebih dalam dapat Anda temukan lebih banyak lagi sekitar 262 jenis terumbu karang, 596 jenis ikan, dan 555 jenis moluska.



Sementara itu, di daratannya hidup hewan endemik Sulawesi yang dilindungi seperti tangkasi(Tarsius sp), kuskus (Ailurops Ursinus), rusa (Cervus timorensis), dan ketam kenari (Birgus latro). Ada pula monyet togean (Macaca togeanus), biawak togean (Varanus salvator togeanus) dan babi rusa togean (Babyrousa babirussa togeanensis) yang hanya ada di Kepulauan Togean.

Di udaranya hidup sedikitnya 90 jenis burung termasuk yang dilindungi, seperti julang sulawesi atau alo (Rhyticeros cassidix) dan elang bondol (Haliastur indus). Yuk ke Togean.

SUMBER: KOMPAS
 

© 2014 PERCOBAAN - All Rights Reserved | Supported by : Blogger | Presented by : Info Sriwijaya FC | Desain by : Andrean Wahyu Effendy